Jakarta - Peningkatan mutu pendidikan bahasa Inggris secara nasional membutuhkan katalisator yang kompeten dan kredibel. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan investasi sumber daya manusia dengan menyiapkan 1.087 fasilitator pilihan. Kelompok ini terdiri dari guru-guru Bahasa Inggris berprestasi, pengawas sekolah, widyaiswara, dan praktisi pendidikan yang telah terbukti dedikasinya. Tugas utama mereka adalah menjadi pelatih dan mentor bagi para guru inti di daerah, yang kemudian akan menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan tersebut kepada rekan sejawatnya.
Pembekalan kepada para fasilitator difokuskan pada penguatan tiga pilar utama. Pilar pertama adalah pendalaman terhadap Kurikulum Merdeka dan Capaian Pembelajaran (CP) untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Fasilitator dilatih untuk memahami filosofi, struktur, dan tujuan kurikulum secara utuh, sehingga mereka dapat membantu guru inti menerjemahkannya ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang operasional, kontekstual, dan berdiferensiasi sesuai kebutuhan beragam siswa di kelas.
Pilar kedua adalah penguasaan teknik asesmen atau penilaian pembelajaran yang komprehensif. Materi pelatihan mencakup perbedaan dan penerapan assessment for learning (asesmen untuk pembelajaran), assessment as learning (asesmen sebagai pembelajaran), dan assessment of learning (asesmen atas pembelajaran). Fasilitator akan membekali guru inti dengan kemampuan merancang instrumen penilaian yang autentik, baik formatif maupun sumatif, termasuk dalam bentuk digital assessment, serta teknik memberikan umpan balik yang konstruktif untuk mendorong perkembangan siswa.
Pilar ketiga, dan yang paling aplikatif, adalah pendampingan untuk implementasi praktik baik (best practices) pengajaran di kelas. Fasilitator akan berbagi strategi kelas yang terbukti efektif, seperti teknik mengelola diskusi kelompok, menggunakan media dan sumber belajar yang menarik, serta menciptakan lingkungan kelas yang aman dan mendukung bagi siswa untuk berani mencoba berkomunikasi dalam bahasa Inggris tanpa takut salah. Mereka juga akan melatih guru inti untuk melakukan refleksi pembelajaran dan lesson study.
Model interaksi antara fasilitator dan guru inti dirancang bersifat partisipatif dan kolaboratif, bukan satu arah. Selain pelatihan tatap muka, akan dibentuk komunitas belajar baik secara daring maupun luring. Dalam komunitas ini, fasilitator akan terus mendampingi, menjawab pertanyaan, dan berdiskusi tentang tantangan yang dihadapi guru inti saat mencoba menerapkan ilmu yang didapat. Hubungan mentorship ini krusial untuk memastikan transfer pengetahuan berjalan efektif dan berkelanjutan.
Dengan diperkuatnya kompetensi guru inti melalui bimbingan fasilitator ini, diharapkan terjadi efek pengganda yang signifikan. Guru inti yang kompeten dan percaya diri akan menjadi sumber daya lokal yang dapat diandalkan di daerahnya. Mereka dapat memimpin komunitas guru (MGMP), menjadi instruktur pelatihan tingkat kabupaten, dan memberikan contoh nyata perubahan di kelas mereka sendiri, yang akan menginspirasi guru-guru lain untuk turut berubah dan meningkatkan kualitas mengajar.
Program ini merepresentasikan pendekatan bottom-up dalam peningkatan kapasitas guru. Kemendikbudristek tidak hanya menyediakan modul, tetapi membangun kepemimpinan instruksional (instructional leadership) dari dalam komunitas guru itu sendiri. Dengan mengandalkan 1.087 fasilitator pilihan sebagai ujung tombak, program pelatihan guru Bahasa Inggris ini diharapkan dapat menumbuhkan perubahan yang organik, luas, dan berakar kuat dalam praktik sehari-hari di sekolah-sekolah seluruh Indonesia.