Penyebab Dan Pemicu Gagal Ginjal Pada Anak: Dari Infeksi Hingga Obat-obatan

Jumat, 05 Desember 2025

    Bagikan:
Penulis: Busrain Buraidah
Gagal ginjal pada anak dapat dipicu oleh infeksi berat, dehidrasi parah, kelainan bawaan, serta yang perlu diwaspadai adalah efek toksik dari obat-obatan tertentu, termasuk kandungan berbahaya dalam beberapa obat sirup.

Jakarta - Gagal ginjal pada anak bukanlah kejadian yang berdiri sendiri, melainkan seringkali merupakan akibat dari kondisi atau paparan tertentu. Memahami beragam penyebab dan pemicunya sangat penting untuk upaya pencegahan dan penanganan yang tepat[sentinel]. Secara garis besar, penyebab dapat dikelompokkan menjadi faktor yang menyebabkan kerusakan mendadak (akut) dan faktor yang menyebabkan kerusakan jangka panjang (kronis). Namun, beberapa faktor, seperti infeksi tertentu, dapat berkontribusi pada kedua jenis kerusakan tersebut. Kesadaran akan penyebab-penyebab ini membantu orang tua dan tenaga medis mengambil langkah antisipatif.

Penyebab gagal ginjal akut yang paling umum adalah keadaan yang menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun drastis atau terhenti. Kondisi ini meliputi dehidrasi parah akibat diare dan muntah yang tidak tertangani, perdarahan hebat, syok septik dari infeksi berat, atau luka bakar luas. Selain itu, kerusakan langsung pada jaringan ginjal juga dapat terjadi akibat peradangan ginjal akut (glomerulonefritis) atau sindrom hemolitik uremik yang sering dipicu infeksi bakteri E. coli. Penyumbatan aliran urine oleh batu ginjal atau kelainan struktural juga bisa memicu gagal ginjal akut.

Salah satu pemicu gagal ginjal akut yang mendapat perhatian khusus dalam beberapa tahun terakhir adalah paparan terhadap zat nefrotoksik (racun bagi ginjal). Investigasi yang dilakukan oleh otoritas kesehatan menemukan kaitan antara kasus gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) pada anak dengan cemaran dietilen glikol dan etilen glikol yang melebihi batas aman dalam beberapa obat sirup. Kristal tajam dari metabolisme zat-zat ini ditemukan dalam ginjal pasien anak, menyebabkan kerusakan parah. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya kehati-hatian ekstra dalam pemberian obat, terutama bentuk sirup.

Di sisi lain, gagal ginjal kronis pada anak lebih sering disebabkan oleh kondisi yang sudah berlangsung lama atau bersifat permanen. Kelainan bawaan sejak lahir, seperti ginjal yang tidak terbentuk sempurna (hipoplastik) atau saluran kemih yang tersumbat, merupakan penyebab utama pada kelompok usia yang lebih muda. Penyakit ginjal turunan, misalnya penyakit ginjal polikistik, juga dapat memicu kerusakan progresif. Selain itu, penyakit sistemik seperti Lupus Eritematosus Sistemik dan diabetes mellitus tipe 1 yang tidak terkontrol dapat secara perlahan merusak pembuluh darah kecil di ginjal.

Infeksi yang berulang atau tidak ditangani dengan tuntas juga dapat menjadi jalan menuju kerusakan ginjal kronis. Infeksi saluran kemih (ISK) berulang, terutama jika disertai refluks vesikoureteral (aliran urine balik dari kandung kemih ke ginjal), dapat menyebabkan jaringan parut dan penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Oleh karena itu, setiap infeksi saluran kemih pada anak harus ditangani dengan serius hingga sembuh total. Faktor gaya hidup seperti konsumsi makanan tinggi garam dan gula berlebihan dalam jangka panjang juga memberikan beban tambahan pada ginjal.

Pencegahan sangat bergantung pada penyebabnya. Untuk mencegah gagal ginjal akibat dehidrasi, pastikan anak mendapat cairan yang cukup, terutama saat sakit diare atau demam. Pencegahan terkait obat-obatan mengharuskan orang tua untuk tidak memberikan obat, khususnya obat sirup, tanpa resep dan pengawasan dokter, serta selalu memastikan keamanan obat yang dikonsumsi. Sementara untuk mencegah progresi kondisi kronis, deteksi dini kelainan bawaan melalui skrining dan penanganan tepat penyakit sistemik adalah kuncinya.

Dengan memahami peta penyebab gagal ginjal pada anak, langkah-langkah pencegahan dapat lebih terarah dan efektif. Orang tua diajak untuk tidak hanya reaktif saat anak sakit, tetapi juga proaktif dalam menjaga kesehatan ginjal anak dengan menghindari faktor risiko yang dapat dikendalikan, seperti pola konsumsi dan penggunaan obat. Kerja sama antara orang tua, tenaga kesehatan, dan otoritas pengawas obat sangat vital untuk menekan angka kejadian penyakit serius ini di masa depan.

(Busrain Buraidah)

Baca Juga: Peta Keamanan Wisatawan: Negara-Negara Yang Perlu Kewaspadaan Ekstra
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.